Jumat, 11 Maret 2011

Lihatlah

Lihat lah mereka hanya di jadikan tempat mempelajari
tak sadar sebagai korban para Penyaksi
Lupa akan Akhir dari penyebrangan
Jisim menuju Jauhar karena takdir mengaburi

Sudah berganti derai sore ini
Lukisan senjapun cerah dgn senyum menjingga
kan hilang di telan temaram malam
La Haula Wala ..Sesuci Allah menempa jiwa-jiwa

Namun pudar karena Usia dan Dunia
Di sebalik kesedihan ...lara hati
Dia hadirkan pancaran Chayanya NYA
pada bintang-bintang dlm qalbu yang mengerti diri

Jangan ada lagi tarian kata yg sumbang menyanyikan Irama Rabbi
Hingga Qalam hanya membelukari hati
dan meracuni akal dari pengertian Maha Maqsudi

Jika jujur yang di cari
maka di atas awanlah mega hilang
bersembunyi menutupi maksud-maksud hati.
Karena Mega tiada perlu mencari di sini
menga hanya berseda gurau
untuk melihat bahagian lain Keindahan Illahi.
Pun menga mencari nun jauh dirembulan bukan pada si pemimpi.

Kelu megah pun memanggil di lanturan kata
Rasa yg halus nyaris tiada tergores dgn kata
tak kan berbaris mahir pada bibir yg kering tiada bahasa
Irama jiwa mengada dengan nada-nada nyala
Sebab huruf membatah untuk bicara dzahir trselubungi pd nyata
Hanya persinggahan Qadim terang di pentas permainan dunia

Malam melenai segenap hati Detak jam dan waktu membisik seru
Menatap celah-celah membelah qalbu. Hai jiwa yang terpaku kaku dlm lena tidur mu
Bukan kah tlah KU isyratkan..Lihatlah adanya Aku disemua laku

Sampai kapan ku tergila-gila. Haruskah pada Rindu untuk Mu
Ku ceritakan lewat sejuta kata. Pada angin aku berbisik mesra
Pada malam kutitipkan cahaya. Pada embun aku bercengrama
Hingga mata memerahpun aku tiada rasa
Hanya cinta dan rindu semarak di dada
Aku hanya sesuatu yg Engkau buat untuk rindu
Atau bahasaku kurang merayu???Duhai Pemilik Qalbu

Ku dekap air dalam gnggaman membuih
Ku belai pesona Jiga awan, anginpun mengangkasa
ku menari bersama senja, sinar mentaripun Memerah
Ku nyayikan kidung indah melodipun ikut bersama
Ohh gerangan saat Pelita kunyalakan di jiwa
Terlihat terang nayata semua Satu Jua

Istirahatlah wahai jiwa yang mengila
Lenalah di alam Insan mimpi mu
Malam telah di rangkul pagi akan menyapa
Biarlah aku dgn segenap jiwa
Dgn sendiri nyatakan membaca Qauniah-Nya
Tidurlah dlm mimpi Ruh-Nya
Dikenikmatan di atas rasa selagi di Mukabir
Dalam heningpun malam memutik amal pun bukan ibadah
Bersama2 nafas zikir tentulah adanya
biar aku lena dlm hening panjang jejak Mukamil

3 komentar:

Yana mengatakan...

Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam
Kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang,dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah
Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, dan semua keluhan yang menggundahgulanakan hati adalah hanya pantas ditujukan ke hadirat-Nya.
Setiap dini hari menjelang, tengadahkan kedua telapak tangan,julurkan lengan penuh harap, dan arahkan terus tatapan matamu ke arah-Nya untuk memohon pertolongan! Ketika lidah bergerak, tak lain hanya untuk menyebut, mengingat dan berdzikir dengan nama-Nya. Dengan begitu,
hati akan tenang, jiwa akan damai, syaraf tak lagi menegang, dan iman kembali berkobar-kobar. Demikianlah, dengan selalu menyebut nama-Nya,
keyakinan akan semakin kokoh. Karena,
{Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya.}
(QS. Asy-Syura: 19)

banas pati Edan mengatakan...

Setiap ungkapan yang muncul dari rekanman sufi atau tasawuf,pasti tidak dapat melupakan perbandingan Hujjatul islam.Sebagai ulamak sufi,cendikkiawan muslim.Karena keberhasilanya mengompromikan bidang teknologi dan syariat dalam epistemologi islam.Kompromi ini yang kekak melahirkan setensa baru dalam stuktur ilmu ilmu islam,dan berdiri sebagai perinsip suatu disiplin,yang disebut Sufidme.

Nur Laelia mengatakan...

Alhamdulillah, terimakasih saudara2 ku..