Rabu, 02 Februari 2011

SAJADAH KERINDUANKU

SAJADAH KERINDUANKU

Senyap malam menghantar gelisah sehingga jiwaku terlempar ke dalam lorong sunyi. Kegelapan yang menyakitkan ini kian melengkapi kesendirianku. Susah payah kucari terjemah dari rangkaian peristiwa demi peristiwa yang terpampang di hadapanku, dengan cara menyibukkan diri dalam percakapan bersama Tuhan. Di antara hiruk pikuk dialog dengan-Nya, satu persatu fakta dan realita berdesakan hadir, membuka mata dan memunculkan kesadaran batinku. Sehingga tubuh dan jiwaku yang semula menggigil menahan nyeri, menjadi sedikit tenteram. Ya Allah seberat inikah jalan yang mesti kulalui untuk dapat berjumpa dengan-Mu? Dan semahal inikah harga yang mesti kubayar? sendiri di tengah rimba keterasingan ini. ku tatap langit dan kuhitung gemintang cahaya rembulan tak terjemahkan. sajadahku telah basah oleh airmata yang mengalir dari pedih rinduku. kutenteramkan hati dan kubentang cakrawala kesabaranku inilah jalan terbaik meraih hakikat. Senyap malam menghantar gelisah sehingga jiwaku terlempar ke dalam lorong sunyi. Kegelapan yang menyakitkan ini kian melengkapi kesendirianku. Susah payah kucari terjemah dari rangkaian peristiwa demi peristiwa yang terpampang di hadapanku, dengan cara menyibukkan diri dalam percakapan bersama Tuhan. Di antara hiruk pikuk dialog dengan-Nya, satu persatu fakta dan realita berdesakan hadir, membuka mata dan memunculkan kesadaran batinku. Sehingga tubuh dan jiwaku yang semula menggigil menahan nyeri, menjadi sedikit tenteram. Ya Allah seberat inikah jalan yang mesti kulalui untuk dapat berjumpa dengan-Mu? Dan semahal inikah harga yang mesti kubayar? Meski kusadari beratnya konsekuensi yang harus kupikul atas resiko yang Kau paksakan padaku tempo hari, namun tak urung keraguan kerap meliputi jiwaku manakala badai dahsyat datang menghempas.
Kesangsianku akan keberadaan dan kepedulian-Mu adalah ujian berat yang dapat merobek-robek keimananku. Padahal begitu banyak persimpangan rumit yang meruntuhkan benteng ketegaranku dan menghalangi pandanganku pada-Mu. Namun, sungguh aku tak ingin kehilangan akal dalam menggapai-Mu ya Allah
Malam kian larut dan tubuhku telah letih oleh pergulatan hebat yang terjadi sejak sore. Maka kuambil wudhu' dan kubentang sajadahku. Dengan sisa tenaga, aku menelusup kedalam selimut kasih sayang-Mu, seraya bibir bergetar menguntai harap di atas permadani kepasrahanku: “Ya Allah berilah aku penglihatan yang baik, agar dapat kusaksikan kemuliaan-Mu. Berilah aku hati yang tidak akan menyembah selain-Mu. Dan berilah aku keberanian dan kekuatan untuk dapat melanjutkan hidup ini. ”Robbanaa atmillana nurona waghfirlana innakaa ‘alakulli syai’in qodiir. “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At-Tahrim: 8).
kulangkahi gunung nafsu, kudaki bukit zat
kutelusuri titian riyadhoh mujahadah kutengok penjuru alam, namun tak juga aku melihat-Mu Ilahi, aku lelah mencari-Mu aku bosan menunggu-Mu
aku jemu menanti-Mu aku risau diri resah harapan pada-Mu ku tunggu Kau di bumi, tak muncul
ku jaga Kau di langit, juga diri-Mu tak datang kunanti Kau di surga, mengapa Engkau tak hadir juga aku pulang dengan pasrah sambil kubuka pintu hatiku nur-Mu menerobos hatiku, menerangi rumahku kutengok lewat jendela hatiku, kulihat diri-Mu senyum seraya menyapaku kusapa diri-Mu yang menjawab diriku, Kau tanya diriku yang menjawab diri-Mu siapa engkau, aku kelu tak ada jawab dalam ungkap kata cerita!
Ilahi, aku rinduuu pada-Mu
aku tetap berjalan di atas kain, walau kutemui benang kutiti benang, kulihat kapas, kuungkap kapas, satu rasa kulukis tak tampak warna, tak ada di dalam kapas hanya putih yang tak bisa dikata serasa kosong tapi berisi isi yang kosong, kosong dilihat isi bagai titik titik menjelma gurat garis, garis mengusung kata
kata bangkit jadi kalimat, kalimat mengukir cerita
adakah cerita tak beralur makna mana makna cerita sulit dicerna tak! tak ada
tak tidak
tak ada kata nan dapat diungkap dalam cakap sikap tak ada yang dapat dibuat tuk menyurat nan tersirat tak ada nan dapat dirasa pada asa di masa
tak kata
tak ungkap
tak cakap
tak sikap
tak buat
tak surat
tak sirat
tak rasa
tak asa
tak masa
tak tak tak tak
tak tak tak!

CM.Hizboel Wathony
Jakarta, 04 Maret 1994, Revisi: 11 Maret 2001 (ditulis ulang oleh Saeful Anam pada 07 Oktober 2009)

Tidak ada komentar: